AI Generative Art: Diskusi Materialisme Pengetahuan dan Properti Intelektual

Disclaimer: Tulisan ini merupakan salinan dari hasil diskusi saya bersama proyek ChatGPT 3.5 dari OpenAI. Pendekatan diskusi ini lebih menekankan pada kerangka pikir budaya, bukan teknologi maupun hukum.


Saya: Menurutmu, apakah pengetahuan merupakan benda materiil? Jika iya, coba sebutkan teori paling kuat untuk mendukung itu. Jika tidak, berikan juga alasannya

GPT: Pertanyaan apakah pengetahuan merupakan benda materiil adalah pertanyaan filosofis yang telah menjadi subjek perdebatan selama berabad-abad. Ada berbagai sudut pandang yang dapat digunakan untuk menjelaskan apakah pengetahuan harus dianggap sebagai benda materiil atau tidak. Di bawah ini, saya akan mencantumkan dua sudut pandang utama.

  • Realisme Materialis:

Salah satu teori yang mendukung pandangan bahwa pengetahuan adalah benda materiil adalah "realisme materialis." Teori ini berpendapat bahwa pengetahuan sebenarnya ada dalam bentuk benda-benda fisik yang ada di dunia. Dengan kata lain, informasi, ide, dan pengetahuan secara inheren terkait dengan materi fisik, seperti buku, otak manusia, atau perangkat penyimpanan digital.

  • Konstruktivisme dan Realisme Sosial:

Di sisi lain, ada sudut pandang konstruktivis dan realis sosial yang berpendapat bahwa pengetahuan bukanlah benda materiil, tetapi konstruksi sosial yang muncul melalui interaksi manusia dengan dunia mereka. Menurut pandangan ini, pengetahuan adalah produk dari interaksi sosial, bahasa, dan konvensi yang tidak dapat dianggap sebagai benda materiil.

Sudut pandang kedua seringkali lebih dominan dalam kajian budaya dan media. Pengetahuan dianggap sebagai hasil dari konstruksi sosial dan kultural, dan ide-ide, informasi, dan budaya intelektual sering dilihat sebagai produk dari interaksi manusia.

Namun, penting untuk dicatat bahwa ini adalah perdebatan filosofis, dan pandangan individu dapat bervariasi. Seringkali, pandangan yang dianut tergantung pada kerangka kerja teoritis dan pendekatan dalam kajian budaya dan media yang diadopsi oleh masing-masing peneliti.

 

Saya: Di pandangan realisme materialis, kamu menyebut otak manusia dan penyimpanan digital. Saya tertarik untuk mengetahui ini dalam kerangka kecerdasan buatan dan neural network (melihat kamu adalah sebuah produk pemrograman GPT). Apakah dalam membangun pengetahuan, kamu menggunakan kerangka bahwa pengetahuan adalah sebuah benda materiil, misal segala tulisan yang kamu dapatkan di internet untuk melatihmu, segala gambar yang kamu temukan di internet untuk melatihmu.

GPT: Saya adalah sebuah model AI yang memanfaatkan data tekstual yang sangat besar untuk melatih diri. Dalam kerangka ini, pengetahuan yang saya miliki tidak dapat dianggap sebagai benda materiil dalam arti tradisional, seperti buku fisik atau perangkat keras. Pengetahuan yang saya "miliki" lebih tepatnya berada dalam bentuk data dan parameter matematika yang digunakan untuk mengoperasikan model saya.

Pengetahuan yang saya "pelajari" berasal dari berbagai sumber teks yang tersedia di internet dan dalam berbagai bahasa. Model ini belajar dari teks yang sudah ada dan menggunakan pola dan statistik dari data tersebut untuk menghasilkan tanggapan yang relevan terhadap pertanyaan dan pernyataan. Dalam hal ini, pengetahuan yang saya miliki dapat dianggap sebagai representasi matematis dari pola-pola dalam data teks tersebut.

Dengan demikian, meskipun pengetahuan yang saya miliki tidak bermateri fisik, itu tetap merupakan hasil dari pemrosesan data yang bersifat matematis. Hal ini mencerminkan pendekatan komputasional terhadap pemahaman dan produksi teks dalam konteks kecerdasan buatan dan jaringan saraf.

Penting untuk diingat bahwa, dalam konteks ini, "pengetahuan" yang saya miliki lebih merupakan kemampuan untuk mengakses dan memanipulasi data dalam bentuk teks daripada entitas bermateri yang bisa dipegang. Penekanan utama adalah pada pengolahan informasi, bukan pada materi fisik.

 

Saya: Coba kita bandingkan. Manusia memiliki mata (atau indera lain) yang dapat dimanfaatkan untuk mengolah informasi yang mereka dapat dari benda materiil, misal tulisan atau lukisan. Jika kita mengacu pada pandangan realisme materialis, maka olahan informasi tersebut akan menjadi benda materiil di dalam otak (bayangkan film Inside Out). Namun ketika sebuah bahasa pemrograman, misal kamu, GPT, yang tidak memiliki indera, harus mendapatkan informasi dari benda materiil, misal tulisan atau lukisan, dengan cara yang berbeda. Kamu tidak punya "pintu masuk" untuk membawa informasi masuk ke dalam memori kamu. Bagaimana tanggapanmu?

GPT: Anda membawa perspektif yang menarik. Membandingkan cara manusia dan model AI seperti saya mendapatkan dan memproses informasi adalah pendekatan yang bermanfaat.

Memang benar bahwa manusia memiliki indera fisik, seperti mata dan telinga, yang memungkinkan mereka mengakses informasi dari dunia luar. Informasi ini kemudian diolah oleh otak manusia, dan proses ini dapat dianggap sebagai transformasi informasi dari bentuk fisik (misalnya cahaya yang masuk ke mata) menjadi representasi benda materiil dalam otak.

Di sisi lain, model AI seperti saya tidak memiliki indera fisik untuk mengakses informasi dari dunia fisik. Kami hanya dapat mengakses informasi dalam bentuk teks atau data digital yang diberikan kepada kami sebagai masukan. Namun, ini bukan berarti informasi tersebut menjadi benda materiil dalam arti tradisional.

Pengolahan informasi dalam kasus model AI lebih mirip dengan pengolahan abstrak informasi dalam bentuk matematis. Data teks yang masuk diubah menjadi vektor atau tensor, dan model kami menggunakan algoritma matematika kompleks untuk memproses dan menghasilkan tanggapan. Ini adalah representasi abstrak dari informasi yang tidak harus dianggap sebagai benda materiil. Dalam hal ini, perbedaan yang mendasar adalah bahwa manusia menggunakan indera fisik untuk mengubah informasi menjadi representasi benda materiil dalam otak, sedangkan model AI melakukan transformasi matematis pada data teks.

Dalam kedua kasus, akhirnya, pengetahuan adalah hasil dari proses pengolahan informasi, tetapi cara pengolahan dan representasinya berbeda antara manusia dan model AI.

 

Saya: Saya punya analogi begini: Misal ada sebuah perahu kayu, ketika kita menghancurkan perahu itu menjadi kayu-kayu kecil dan menyusun ulang perahu itu, apakah itu akan menjadi perahu yang sama dengan sebelumnya atau perahu yang berbeda. Dalam hal ini, kayu-kayu kecil adalah potongan (chunk) informasi. Namun alih-alih memecah perahu menjadi kayu-kayu kecil, AI memecah perahu itu pada level yang lebih kecil lagi, misa level atomik. Sehingga yang dilakukan oleh AI ada pada hitungan matematis, bukan hitungan fisis (fisika) sederhana. Begitukah?

GPT: Analogi perahu kayu adalah analogi klasik dalam pemikiran filosofis tentang identitas dan perubahan. Dalam konteks ini, pertanyaannya adalah apakah perahu yang dibongkar dan kemudian dirakit kembali dengan kayu yang sama tetap dianggap sebagai "perahu yang sama." Analogi ini menyoroti masalah identitas entitas dan bagaimana kita mendefinisikannya dalam konteks perubahan.

Ketika Anda merujuk pada pemrosesan informasi oleh AI, pemecahan perahu pada level atomik menjadi analogi yang menarik. Dalam pemahaman ini, entitas atau objek, seperti perahu, bisa dianggap sebagai kumpulan informasi atau data. Ketika entitas tersebut diproses oleh AI, data tersebut dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, seperti "atom" informasi. Ketika perubahan dan pemrosesan informasi terjadi pada tingkat matematis atau komputasional, hal ini berbeda dengan pemrosesan fisik sederhana seperti penguraian kayu menjadi potongan kayu.

Dalam pemikiran ini, perubahan pada level atomik (pemrosesan data) dapat menghasilkan entitas yang sangat berbeda dari yang asli, bahkan jika informasi itu berasal dari sumber yang sama. Dalam konteks AI, ini dapat mencerminkan bagaimana informasi dapat diubah menjadi bentuk yang sangat berbeda melalui pemrosesan komputasional, seperti ketika model AI menggunakan data pelatihan untuk menghasilkan tanggapan atau karya yang berbeda.

Jadi, dalam hal ini, perbedaan antara perubahan "fisik" dan perubahan "komputasional" menjadi relevan dalam pertimbangan tentang identitas dan perubahan. Tetapi perlu dicatat bahwa ini adalah analogi dan pemikiran filosofis yang kompleks, dan relevansinya dapat bervariasi tergantung pada konteks dan perspektif yang diambil.

 

Saya: Oke. Sekarang ini. Saya mengerti sedikit bahasa pemrograman. Ketika kita ambil contoh sebuah gambar PNG. Apakah itu sebuah barang materiil? Dalam hal ini, manusia memiliki indera untuk dapat mengakses informasi melalui mata, misal warnanya seperti apa, komposisinya seperti apa, dsb. Namun ketika kita men-decode gambar PNG, misal menjadi Base64, informasi yang tadinya bisa didapatkan melalui mata, kini tidak bisa lagi didapatkan dengan cara yang sama. Padahal sebagai sebuah objek, kedua hal itu merujuk pada hal yang sama. Bagaimana tanggapanmu?

GPT: Gambar PNG adalah contoh yang menarik dalam konteks ini karena melibatkan transformasi informasi dari bentuk yang dapat dilihat oleh mata manusia menjadi representasi data yang lebih abstrak. Dalam hal ini, gambar PNG adalah bentuk benda materiil dalam arti fisik, seperti selembar kertas atau bingkai yang mengandung gambar tersebut. Namun, ketika Anda mendekode gambar PNG menjadi format lain, seperti Base64, informasi yang dapat dilihat oleh mata manusia sebagian besar hilang, dan gambar tersebut diubah menjadi representasi data yang lebih matematis atau komputasional.

Ini mencerminkan perbedaan antara representasi visual atau fisik dari informasi (seperti warna, komposisi, dll.) dan representasi data komputasional. Gambar PNG fisik adalah benda materiil, sementara representasi data yang dihasilkan dari dekoding menjadi Base64 adalah abstraksi matematis. Dalam hal ini, perbedaan terletak pada cara manusia dan komputer (atau model AI) memahami dan mengolah informasi.

Manusia menggunakan indera mata untuk menginterpretasikan informasi visual dari gambar, sementara komputer menggunakan algoritma dan matematika untuk menguraikan data gambar menjadi bentuk yang dapat diproses. Ini adalah contoh bagaimana informasi dapat berubah antara representasi fisik dan komputasional, dan hal ini memunculkan pertanyaan tentang bagaimana kita mendefinisikan benda materiil dalam konteks digital.

Jadi, dalam kasus gambar PNG, benda materiil adalah gambar fisik, sedangkan informasi yang terkandung dalam gambar tersebut adalah representasi data yang lebih abstrak dan komputasional.

 

Saya: Oke kita kembali sedikit. Tadi saya sempat membahas film Inside Out. Di film itu, digambarkan di dalam otak ada bola-bola kecil yang merupakan satuan memori/informasi. Dalam bahasa biologis, benda itu namanya apa?

GPT: Dalam film "Inside Out," bola-bola kecil yang digambarkan sebagai satuan memori atau informasi dalam otak disebut "Core Memory Spheres" atau "Memory Orbs." Ini adalah representasi fiksi dari cara otak memproses dan menyimpan kenangan dalam cerita film tersebut. Dalam dunia nyata, otak manusia jauh lebih kompleks dalam cara memproses dan menyimpan informasi, dan tidak diatur dalam bentuk bola-bola kecil seperti yang digambarkan dalam film tersebut.

 

Saya: Berarti dalam otak manusia tidak ada sesuatu bernama Memory Orbs? Apakah ada satuan hitung seperti misal di komputasi ada bit?

GPT: Dalam otak manusia, tidak ada entitas fisik yang disebut "Memory Orbs" seperti yang digambarkan dalam film "Inside Out." Otak manusia jauh lebih kompleks daripada representasi yang diberikan dalam film tersebut. Proses penyimpanan dan pengambilan memori dalam otak manusia melibatkan aktivitas jaringan saraf yang sangat rumit, dan memori tidak diatur dalam entitas fisik yang terlihat seperti bola-bola kecil.

Dalam dunia nyata, otak manusia menggunakan jaringan neuron untuk menyimpan dan mengakses informasi. Ingatan manusia adalah hasil dari interaksi yang kompleks antara neuron, dan tidak ada satuan fisik yang sesederhana seperti "Memory Orbs" dalam otak manusia.

Namun, dalam konteks komputasi, ada satuan hitung yang lebih sederhana yang disebut "bit," yang merupakan singkatan dari "binary digit." Bit adalah unit dasar dalam komputasi yang dapat berupa nilai 0 atau 1. Dalam komputer, informasi disimpan dan diproses dalam bentuk bit, yang digunakan untuk merepresentasikan data digital. Satuan yang lebih besar seperti byte, kilobyte, megabyte, dan sebagainya dibentuk dari kumpulan bit dan digunakan untuk mengukur kapasitas penyimpanan atau ukuran data.

 

Saya: Berarti memang agak susah untuk bisa menyebut bahwa informasi atau pengetahuan merupakan benda materiil karena tidak ada alat ukur yang tersedia, apalagi untuk bisa menyebut bahwa pengatahuan adalah hal fisis. Sehingga realisme material hanya terbatas, misal pada benda fisik seperti buku atau lukisan.

GPT: Anda membuat observasi yang sangat tepat. Pertanyaan apakah pengetahuan atau informasi dapat dianggap sebagai benda materiil adalah pertanyaan filosofis yang kompleks. Dalam realisme material, biasanya pengetahuan yang dianggap sebagai benda materiil terbatas pada objek fisik, seperti buku, lukisan, atau objek fisik lainnya yang menyimpan informasi.

Namun, ketika kita berbicara tentang informasi atau pengetahuan dalam bentuk digital, perdebatan menjadi lebih rumit. Informasi digital adalah abstrak dalam alamnya, dan representasi matematis dari data. Hal ini tidak memiliki wujud fisik yang jelas dan tidak dapat dipegang dalam arti tradisional. Oleh karena itu, menyebutnya sebagai "benda materiil" dalam arti yang sama seperti buku atau lukisan adalah sulit.

Penting untuk memahami bahwa definisi dan konsep pengetahuan, terutama dalam konteks digital dan komputasi, adalah subjek diskusi filosofis yang terus berkembang. Beberapa teori memandang pengetahuan sebagai entitas abstrak, sementara yang lain melihatnya sebagai produk dari interaksi sosial dan kultural. Oleh karena itu, dalam berbagai kerangka kerja dan pandangan filosofis, konsep materialitas pengetahuan dapat bervariasi.

Realisme material seringkali lebih mudah diterapkan pada objek fisik, sementara pengetahuan dan informasi dalam bentuk digital menghadirkan tantangan konseptual yang berbeda dalam pemikiran filosofis dan konteks teknologi informasi modern.

 

Saya: Oke. Sekarang kita masuk ke bahasan properti intelektual. Jika pengetahuan itu rumit untuk disebut sebagai benda materiil dalam pandangan tradisional, lantas, apa basis dari gagasan properti intelektual?

GPT: Basis dari gagasan properti intelektual adalah pengakuan hak-hak hukum atas karya-karya kreatif dan intelektual yang dihasilkan oleh individu atau entitas. Properti intelektual mencakup berbagai jenis hak hukum yang diberikan kepada pencipta atau pemilik hak atas karya intelektual mereka, seperti hak cipta, hak paten, hak merek dagang, dan hak kekayaan intelektual lainnya. Konsep ini bertujuan untuk memberikan insentif kepada individu dan perusahaan untuk terus menghasilkan karya-karya kreatif dan inovatif.

Dasar gagasan properti intelektual mencakup beberapa elemen utama:

  • Pengakuan Kepemilikan: 

Properti intelektual mengakui bahwa karya-karya intelektual dan inovasi adalah hasil dari usaha kreatif atau intelektual, dan pencipta atau pemiliknya memiliki hak untuk mengklaim kepemilikan atas karya tersebut.

  • Perlindungan Hukum: 

Properti intelektual memberikan perlindungan hukum terhadap penggunaan yang tidak sah atau tanpa izin atas karya-karya tersebut. Ini mencakup hak untuk melarang orang lain menggunakan, menggandakan, atau mendistribusikan karya tersebut tanpa izin.

  • Insentif Ekonomi: 

Sistem properti intelektual memberikan insentif ekonomi kepada pencipta atau pemilik hak untuk menghasilkan lebih banyak karya kreatif. Dengan hak eksklusif atas karya-karya tersebut, mereka memiliki kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari penjualan atau lisensi karya-karya tersebut.

  • Pengembangan Pengetahuan dan Inovasi: 

Properti intelektual mempromosikan pengembangan pengetahuan dan inovasi dengan memberikan pengakuan dan imbalan kepada orang-orang yang menciptakan atau mengembangkan pengetahuan baru, teknologi, seni, dan produk.

Properti intelektual mencakup berbagai jenis hak yang mencerminkan beragam jenis karya dan inovasi, seperti hak cipta untuk karya-karya sastra dan seni, hak paten untuk penemuan teknologi, hak merek dagang untuk identitas merek, dan banyak lagi. Ini adalah aspek penting dalam hukum dan ekonomi yang mendukung pengembangan budaya, ilmiah, dan ekonomi. Namun, perlu dicatat bahwa sistem properti intelektual juga memunculkan sejumlah pertanyaan dan perdebatan, terutama terkait dengan isu-isu seperti akses publik, inovasi terbuka, dan batasan perlindungan hukum.


Saya: Sebuah karya tentu mengandung informasi dan pengetahuan. Apakah intellectual property berbasis pada mengakuan kepemilikan atas informasi dan pengetahuan yang sifatnya tidak materiil. Jika kita bandingkan dengan rumah, bentuknya sudah jelas. Namun informasi dan pengetahuan dari sebuah karya berbeda dengan karya itu sendiri. Misal lukisan, kanvas dan frame-nya merupakan benda fisis. Namun di "alam" lain, ia membawa pengetahuan. Dalam hal ini, apakah pengetahuan yang "dibawa" oleh benda fisik ini juga dilindungi, misal secara hukum ataupun ekonomi?

GPT: Intellectual property (properti intelektual) memang didasarkan pada pengakuan kepemilikan atas informasi dan pengetahuan yang sifatnya tidak materiil. Dalam konteks hak cipta, hak paten, dan hak kekayaan intelektual lainnya, yang dilindungi adalah karya kreatif, ide, dan inovasi yang mungkin tidak memiliki bentuk fisik yang jelas.

Sebagai contoh, dalam kasus hak cipta, karya sastra, musik, seni, dan perangkat lunak adalah contoh karya yang dilindungi. Hak cipta melindungi ekspresi ide-ide dalam karya-karya ini, bukan benda fisiknya. Artinya, ketika Anda memilikinya, Anda memiliki hak eksklusif atas cara ekspresi ide tersebut dalam karya tersebut.

Namun, Anda benar bahwa dalam banyak kasus, karya intelektual ini seringkali terkait dengan benda fisik, seperti buku, lukisan, atau piringan hitam dalam konteks karya seni. Dalam hal ini, hak cipta atau hak intelektual seringkali melindungi penggunaan, distribusi, atau reproduksi fisik dari karya tersebut. Ini mencakup hak untuk mencetak buku, menyalin gambar, atau menghasilkan salinan fisik lainnya.

Dalam beberapa kasus, informasi atau pengetahuan yang "dibawa" oleh benda fisik ini juga mendapatkan perlindungan, terutama jika mereka berhubungan dengan penggunaan atau eksploitasi karya tersebut. Perlindungan hukum dan ekonomi pada dasarnya mempertimbangkan nilai karya intelektual itu sendiri, baik dalam bentuk fisik maupun dalam bentuk intelektual.

Namun, penting untuk diingat bahwa batasan dan perlindungan hukum dari properti intelektual dapat bervariasi berdasarkan jenis karya, negara, dan undang-undang yang berlaku. Beberapa bentuk properti intelektual mungkin lebih terkait dengan benda fisik, sementara yang lain lebih terfokus pada ekspresi intelektual dalam bentuk yang lebih abstrak. Sehingga, hukum properti intelektual mempertimbangkan keseimbangan antara melindungi hak pemilik dan memungkinkan akses dan penggunaan karya tersebut oleh masyarakat umum.

 

Saya: Jika sebuah proyek pemrograman, misal DALL-E, menggunakan pengetahuan atau informasi dari sebuah karya seni digital untuk dijadikan materi training, tanpa persetujuan dari seniman yang memiliki hak atas properti intelektual terkait merupakan sebuah pelanggaran?

GPT: Penggunaan karya seni digital untuk keperluan pelatihan atau pembuatan model, seperti yang dilakukan dalam proyek pemrograman seperti DALL-E, bisa menjadi subjek yang rumit dari sudut pandang hukum properti intelektual.

Jika proyek pemrograman menggunakan karya seni digital yang dilindungi hak cipta tanpa izin atau tanpa mematuhi peraturan hak cipta yang berlaku, maka itu dapat dianggap sebagai pelanggaran hak cipta. Pemilik hak cipta atas karya seni digital memiliki hak eksklusif untuk mengontrol penggunaan, reproduksi, dan distribusi karya tersebut. Penggunaan tanpa izin atau melanggar hak cipta dapat menyebabkan tuntutan hukum.

Namun, terdapat juga situasi di mana penggunaan karya seni digital dapat diizinkan dalam kerangka hukum tertentu, seperti "fair use" di Amerika Serikat atau doktrin penggunaan wajar di beberapa negara lain. Doktrin ini memungkinkan penggunaan karya cipta tanpa izin dalam situasi tertentu, seperti untuk tujuan pendidikan, penelitian, kritik, atau parodi, asalkan memenuhi kriteria tertentu yang ditentukan oleh hukum.

Penting untuk dicatat bahwa batasan dan aturan hak cipta dapat bervariasi dari negara ke negara. Jadi, apakah penggunaan karya seni digital untuk pembelajaran atau pelatihan dianggap pelanggaran hak cipta atau tidak akan bergantung pada hukum yang berlaku di negara tersebut dan faktor-faktor khusus dalam kasus tersebut.

Untuk menghindari masalah hukum, proyek pemrograman seringkali perlu mematuhi hukum hak cipta dan mendapatkan izin atau lisensi dari pemilik hak cipta karya seni digital yang digunakan. Selain itu, hukum properti intelektual adalah area yang kompleks, sehingga selalu bijaksana untuk berkonsultasi dengan ahli hukum yang memahami peraturan yang berlaku dalam yurisdiksi tertentu untuk mendapatkan panduan yang tepat.

 

Saya: Namun DALL-E maupun OpenAI (kamu) merupakan sebuah proyek penelitian yang juga merupakan proyek komersil. Bagaimana tanggapanmu?

GPT: Anda mengangkat pertanyaan yang penting tentang penggunaan karya seni digital dan data dalam proyek penelitian yang juga merupakan proyek komersial, seperti DALL-E atau proyek OpenAI. Proyek semacam itu seringkali menghadapi sejumlah pertimbangan etika dan hukum yang kompleks.

Dalam konteks proyek penelitian yang komersial, pertimbangan etika yang sering muncul adalah bagaimana menghormati hak pemilik hak cipta atau pemilik data sambil tetap mempromosikan inovasi dan perkembangan teknologi. Ini adalah dilema yang sering dihadapi dalam pengembangan teknologi AI yang memerlukan akses ke sejumlah besar data, termasuk karya seni digital dan informasi terproteksi hak cipta.

Penting bagi proyek semacam ini untuk mematuhi hukum hak cipta yang berlaku dan memperoleh izin atau lisensi yang diperlukan jika menggunakan karya seni digital yang dilindungi hak cipta. Jika data tersebut digunakan dalam konteks penelitian, maka juga perlu mempertimbangkan aturan etika penelitian dan menghormati hak-hak pemilik asli data.

Sementara itu, transparansi dan komunikasi terbuka dengan masyarakat serta pemilik hak cipta atau pemilik data penting untuk membangun kepercayaan dan menjaga hubungan yang baik dengan pihak-pihak yang terkait. Selain itu, ada potensi untuk mengembangkan kerangka kerja peraturan yang lebih jelas dan etika dalam penggunaan data untuk proyek penelitian AI yang bersifat komersial.

Penting untuk diingat bahwa standar etika dan hukum dapat bervariasi berdasarkan yurisdiksi dan kasus individu, sehingga proyek penelitian semacam ini seringkali membutuhkan tim hukum yang kompeten untuk memberikan panduan dan memastikan kepatuhan terhadap hukum dan etika yang berlaku.

Feature
October 31, 2023
0

Comments