BLACKPINK kembali. Setelah hampir tiga tahun sejak rilis terakhirnya Born Pink pada September 2022—dan Born Pink World Tour yang berakhir pada September 2023—BLACKPINK kembali dengan merilis single berjudul Jump. Banyak fans telah menanti dengan penuh harap, beberapa berpaling; muak.
Menengok ke belakang bagaimana YG Entertainment—dan juga
agency lain—dalam memperlakukan produksi dan promosi karya, boleh dibilang Jump
tidak mendapatkan treatment yang layak.
Semenjak setiap personel BLACKPINK membangun karir solonya,
tidak ada publikasi dan antisipasi akan bagaimana para personel dapat bersatu
kembali sebagai grup. Justru, yang dilakukan YG adalah mengumumkan agenda world
tour bertajuk Deadline; tanpa karya baru. Usut-punya-usut, Jump
baru akan ditampilkan pada panggung perdananya, dan dirilis secara publik
beberapa hari kemudian. Ini adalah pertaruhan mematikan. YG berpegang pada
seberapa-besar-blackpink-bisa-menjadi sementara fans dan publik tidak bisa
serta-merta memberi kepercayaan kepada agency yang tidak mampu memberi
perlakuan yang baik pada artis dan karyanya.
Terlepas dari bagaimana treatment produksi dan promosi Jump,
single ini mampu memberi tawaran baru kepada fans dan kepada publik secara
umum. Pendengar BLACKPINK akan bisa berekspektasi bagaimana lagu ini akan
terdengar. Namun di samping itu, Jump mampu memberi element of
surprise dengan membungkus techno dengan BPM tinggi dan bass yang nge-peak
dalam lagunya. Ini seperti ekstasi yang dilempar ke mulut, masuk dan memecah
kepala, serta membuat para pendengar bergerak gila. Nuansa hardcore tersebut
telah digambarkan Lisa lewat unggahan gambar telinga berdarah pada saat teasing
single ini. Begitu pula gambaran yang ditampilkan dalam video musiknya yang
memperlihatkan pancaran laser merah keluar dari telinga. Pada konteks hari ini,
Jump memang harus mengundang kegilaan dan harus bisa menunjukan
seberapa-besar-blackpink-telah-menjadi.
BLACKPINK must flex how big they are lewat liriknya, dan itu sudah dilakukan lewat Jump. BLACKPINK adalah kisah sukses idol group baik di Korea Selatan maupun dunia. Ketika keempat personel membangun solo career mereka, hasilnya juga tidak kalah sukses; bahkan boleh dibilang dapat menandingi kesuksesan mereka sebagai grup. Itulah mengapa kembalinya mereka sebagai grup adalah sebuah madness yang harus dikemas secara hardcore.
Jump is Rave or at least Horeg
Jennie, Rose, Jisoo, Lisa hari ini adalah perempuan dewasa.
Mereka bukan lagi anak manis yang menyanyikan DDU-DDU-DDU. Mungkin sejak awal
YG sudah merencanakan bagaimana gambaran BLACKPINK sebagai grup yang swag
dan cadas. Namun kecadasan mereka justru tidak pernah muncul secara jujur
sampai mereka menjalani karir solonya. Karir solo mereka adalah lahan
pembebasan atas suara mereka, warna mereka, dan hidup mereka. Ketika mereka
berada di karpet merah di Paris dan Los Angeles, ketika mereka menari di
belakang DJ, ketika mereka membuka bajunya lebih banyak lagi, mereka telah
menunjukan bagaimana mereka telah dewasa, mampu lepas dari belenggu industri K-Pop dan melampauinya.
Adegan tiap personel yang bernyanyi di dalam mulut seseorang, berada di dalam kepala dan kemudian merobeknya adalah gambaran yang cukup nakal yang hanya boleh dilakukan oleh orang dewasa. Laser yang dipasang di tangan itu bukan mainan anak manis. Headbang yang berantakan adalah rave.
Jika suatu saat Jump sampai ke Kabupaten Malang atau daerah lain di Jawa Timur, lagu ini harus dimainkan dalam sound horeg. Karena jika Jump tidak membuatmu menganggukkan kepala dengan gila dan membuat telingamu berdarah, paling tidak ia bisa membuat genteng rumahmu rontok.
Comments
Post a Comment